Hubungan Manusia dan Alam Semesta

Hubungan manusia dan alam semesta merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Manusia sebagai makhluk hidup tentu untuk mempertahankan hidupnya pastilah membutuhkan alam semesta sebagai tempat untuk hidup. Akan tetapi disamping itu alam satu sama lain semesta akan dapat terjamin kelangsungan dan kelestariannya sangat tergantung pada manusia. Dalam konteks ilmu alam inilah yang disebut dengan simbiosis mutualisme bahwa antara manusia dan alam semesta memiliki ketergantungan .

Pada dasarnya manusia dengan seluruh potensi yang dimilikinya sangat memahami bahwa dirinya adalah satu-satunya makhluk yang bertanggung jawab terhadap kelestarian alam semesta disamping peran sunnatullah yang diemban seluruh makhluk hidup. Jika mencoba menelusuri secara lebih jauh, maka pada dasarnya hubungan manusia dengan alam semesta dapat dibagi ke dalam dua bahagian yaitu hubungan historis dan hubungan fungsional.

Hubungan Manusia dan Alam Semesta
Hubungan Manusia dan Alam Semesta

Hubungan Historis Manusia dan Alam Semesta

Pembicaraan tentang hubugan historis manusia dan alam semesta tentu dapat dimulai dari penelusuran terhadap asal muasal manusia sebagai bagian dari alam semsta ini. Asal usul manusia dikaitkan dengan keberadaan alam semesta merupakan topik menarik. Kapankah manusia pertama hadir dimuka bumi ini? Makhluk apakah yang menjadi nenek moyang manusia dan bagaimana proses penurunan dan perubahan-perubahannya?

Ilmu pengetahuan manusia sudah mencoba untuk memberikan jawaban ilmiah tentang asal usul manusia itu yang diawali dengan teori evolusi Darwin yang meskipun pada akhirnya temuan ini dianggap sebagai kesimpulan yang serampangan dan mengaburkan fakta. Seperti temuan Ramapithecus yang berusia 15 juta tahun dan Oreopithecus yang berusia 12 juta tahun, Australopithecus yang hidup kira-kira pada 4 juta sampai 600.000 tahun yang lalu, Pithecanthropus Erectus yang hidup sekitar 500.000 tahun yang lalu, Nanderthal yang hidup sekitar 1.000.000-500.000 tahun yang lalu. Akan tetapi temuan ini masih memunculkan tanda tanya para ahli apakah manusia yang di kenal sebagai manusia modern seperti sekarang ini merupakan akibat dari proses evolusi.

Kesenjangan bukti-bukti ilmiah telah melemahkan hipotesis bahwa manusia adalah perkembangan lebih lanjut dari keluarga pritama. Juka pun ada pada suatau hari mungkin ditemukan bukti pormula yang menghubungkan manusia dengan nenek moyang hewan, maka hal itu adalah merupakan lompatan yang luar biasa pada pertambahan informasi genetic. Hanya dengan lompatan tersebut terbentuk suatu keturunan dengan ciri-ciri manusiawi yang mengandung kemungkinan-kemungkinan evolusi meneju bentuk homo sapiens. Akan tetapi sesungguhnya dari hasil tersebut dapat dimaknai bahwa sepanjang sejarah manusia sampai sekarang keterkaitan dengan lingkungan alam semesta sangat tinggi.

Hubungan Fungsional Manusia dan Alam Semesta

Bagaimanapun proses penciptaan manusia adalah bagian integral dari alam semesta. Teori cosmozoa yang menyatakan bahwa manusia berasal dari luar angkasa, kenyataannya kurang mendapat tempat tempat dikalangan ilmuan. Bukti-bukti ilmiah yang memperkuat hai itu pu cukup kuat. Sebaliknya pembahasan semakin mengarahkan bahwa bahan baku manusia berasal dari bumi tempat manusia itu sendiri berpijak. Dalam sistem kosmos manusia dan alam semesta merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Karena memiliki keunggulan dalam system kesadaran maka alam semesta merupakan sebuah obyek yang sangat penting dalam kehidupan manusia tinjauan manusia tentang alam mendekatkan manusia kepada tata laku penciptaannya dan dengan demikian mempertajam persepsi batin manusia untuk mendapatkan suatu penglihatan yang lebih dalam mengenai itu. Pengetahuan mengenai alam akan menambah kekuatan manusia mengatasi alam dan memberinya pandangan total tak berhingga yang telah dicari oleh filsafat tetapi tak didapat.

Penglihatan terhadap hakikat tanpa kekuatan untuk melakukannya akan dapat memberikan peningkatan moral tetapi tidak akan dapat memberikan peningkatan kebudayaan yang abadi. Sebaliknya, kekuatan tanpa pengelihatan cenderung untuk menjadi destruktif dan dan tak berperikemanusiaan. Keduanya harus digabungkan agar supaya perluasan rohaniah kemanusiaan dapat terlaksana.

Kemajuan pengetahuan terhadap alam dalam posisi sebagai sumber kehidupan yang tiada batasnya. Maka wajarlah jika semakin dalam pengetahuan semakin terasa hubuna saling ketergantungan antara manusia dan alam semesta ini. Manusia tunduk dalam hukum-hukum alam fisik dan tak mampu menubahnya, akan tetapi mampu mengatasinya. Ia dapat mengambil jarak sekaligus menjadi bagian dari alam.

Namun keharmanisan tidak senantiasa menghiasi hubungan antara manusia dengan alam semesta. Pada suatu saat, tatkala kehidupannya masih sangat sederhana, insting-insting manusia berjalan bersesuaian dengan sifat-sifat hukum alam. Manusia hidup digua-gua, berburu dengan kapak dan panah batu serta memakan makanan yang alamiah. Tetapi perkembangan pengetahuan manusia dalam merespons berbagai kesulitan yang terkait dengan penyesuaian diri dengan alam pada akhirnya membuahkan kreasi-kreasi “mengungguli” sifat-sifat alam. Eksploitasi terhadap alam merusak keseimbangan hubungan yang telah berlangsung bermilyar-milyar tahun. Krisis global lingkungan mengganggu hubungan antara manusia dan alam pada saat ini.

Sumber : Buku Pengantar Studi Islam untuk Perguruan Tinggi
Sumber : www.elearningpendidikan.com
Tags: alam semesta, hubungan alam semesta, hubungan manusia, Hubungan Manusia dan alam Semesta, manusia, manusia dan alam semesta

Postingan populer dari blog ini

Makalah E-Learning Dalam Pendidikan Islam

Pengertian Pendidikan Klasik